Ketika Ibadah Nabi Musa Belum Dianggap Allah
Ulama hebat fiqih berkata, “Amal yang paling utama ialah menyayangi wali-wali Allah dan memusuhi musuh-musuh-Nya”.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits: Sesungguhnya Nabi Musa bermunajat kepada Tuhannya. Lalu Allah berfirman, “Apakah engkau sudah bersedekah untuk-Ku?”. Nabi Musa menjawab, “Tuhanku, saya sholat hanya untuk-Mu, saya puasa dan sedekah karena-Mu, saya bertasbih hanya untuk-Mu, saya memuji hanya untuk-Mu, saya membaca kitab-Mu, dan saya mengingat-Mu”.
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai Musa, shalatmu menjadi petunjuk, puasamu menjadi perisai, sedekahmu menjadi naungan, tasbihmu menjadi pohon-pohon di surga, bacaan Kitab-Ku menjadi istana dan bidadari surga, dan dzikirmu kepada-Ku menjadi cahaya. Semuanya (manfaatnya) kembali kepadamu, wahai Musa. Maka, adakah amalmu yang hanya diperuntukkan untuk-Ku?”.
Nabi Musa berkata, “Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku wacana amal yang (khusus) diperuntukkan untuk-Mu”.
Allah Ta’ala berfirman, “Cukuplah engkau menyayangi wali-Ku dan cukuplah engkau memusuhi musuh-Ku?”.
Maka, Nabi Musa pun jadinya mengetahui bahwa sebetulnya amal yang paling utama ialah menyayangi alasannya ialah Allah dan membenci alasannya ialah Allah.
Wallahu A’lam
Sumber: Kitab Daqa’iqul Akhbar
Comments
Post a Comment