Orang Iri Lebih Jahat Daripada Iblis Dan Fir’Aun

Alkisah, Fir'aun pernah bertanya pada Iblis, “Adakah di muka bumi ini orang yang lebih jahat daripada kita berdua?”

"Iya ada," jawab Iblis

"Siapakah dia?" kata Fir'aun

Iblis berkata, "Dia yaitu orang yang iri (hasud), saya pun pernah disibukkan alasannya yaitu rasa irinya."

Iblis pun menceritakan hal itu pada Fir'aun, "Aku mempunyai kawan kerja yang tak pernah menolak semua ajakanku, berzina, minum khamer, riba, korupsi dan lain-lain, kemudian saya memperlihatkan padanya, Apakah kau ingin sesuatu dariku, maka mintalah kepadaku?.”

Si hasud berkata, “Aku mempunyai tetangga, ia mempunyai seekor sapi yang sangat ia sukai, maka bunuhlah sapi itu."

"Aku, wah jikalau itu saya tidak mampu, bagaimana jikalau saya memberimu sepuluh sapi yang lebih besar dari miliknya?.” sahut Iblis

Si hasud berkata, “Aku tidak menginginkan apapun kecuali kau matikan saja sapi tetanggaku itu."

Mulai ketika itu, saya gres tahu bahwa orang yang iri lebih jahat daripada saya (Iblis) dan kau (Fir'aun).



Catatan:

Iri yaitu sebuah protes pada Sang Pemberi nikmat, seakan-akan ia berkata, "Ya Allah, Engkau salah meletakkan nikmat pada seseorang." 

Iblis terusir dari nirwana alasannya yaitu sifat iri pada Nabi Adam. Penyakit hati berupa iri, dengki, atau hasud sanggup menghinggapi siapapun termasuk ulama, bahkan berdasarkan Imam Al-Ghazali para ulama lebih rentan terhadap penyakit ini.

Hasud akan menggugurkan kebaikan ibadah dan amalan saleh, seorang muslim harus bisa menahan iri dan berdoa biar selalu disembuhkan dari penyakit hati, dan mengingat bahwa pemberi kenikmatan yaitu Allah SWT.

Memelihara rasa iri alasannya yaitu melihat orang lain menerima kenikmatan, baik harta, ilmu, kedudukan, sanjungan dan rasa cinta oleh orang lain, akan menghancurkan dirinya kemudian pelakunya rela menjadi lebih rendah dari Iblis dan Fir'aun.

Na'udzu billah min dzalik...


Wallahu A’lam

Comments

Popular posts from this blog

Viral How To Cook A Brisket In A Roaster Oven Background

Kisah Karomah Kh. Mahrus Ali Dan Kh. Marzuqi Dahlan

Kisah Keistimewaan Membaca Shalawat Nabi