Posts

Showing posts from January, 2018

Kisah Sayyidina Ali Memuliakan Para Tamu

Image
Dikisahkan, bekerjsama di antara kebiasaan Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Madinah ialah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum. Seperti dapur umum, waktu pagi, siang, dan malam hari rumah itu menghidangkan kuliner untuk semua orang yang berdatangan. Pada zaman itu, di Madinah belum ada kawasan penginapan atau hotel. Tiap hari, Sayyidina Hasan bin Ali menyembelih unta kecil untuk dihidangkan kepada para peziarah Madinah atau orang-orang miskin pada umumnya. Suatu hari, ada orang Arab Badui (dusun) yang tiba dan makan dirumahnya. Sehabis makan, ia tidak pribadi pulang, melainkan duduk dan membungkus beberapa kuliner ke dalam tas. Melihat abnormalitas itu, Sayyidina Hasan bin Ali tiba menyapa: “Kenapa engkau mesti membungkusnya? Lebih baik engkau tiba dan makan di sini pada setiap pagi, siang dan malam hari. Biar makananmu lebih segar,” kata Sayyidina Hasan “Oh, ini bukan untukku pribadi. Tapi untuk orang bau tanah yang kutemui di pinggir kota tadi. O

Liciknya Budi Bulus Setan

Image
Sebagaimana yang kita sadari bahwa apa yang tiba ke pikiran atau hati kita lepas dari kemampuan kita untuk memilihnya apakah dorongan baik atau buruk. Kalau ada dorongan baik itu tiba dari setan sebagai budi kancil atau dari malaikat Mulhim atau dari Allah Ta'ala langsung. Setelah kita tahu bahwa getaran ( خطر ) itu baik dan tiba dari Allah Ta’ala dan malaikat Mulhim, maka segeralah dilaksanakan. Namun, waspadalah! alasannya ialah setan mempunyai 7 cara untuk menggodamu. Pertama, setan menghalang-halangimu untuk mengerjakan dorongan baik itu. Jika kita dijaga oleh Allah, maka kita akan menolak setan itu dengan perkataan batinmu ; “Aku sangat membutuhkan sekali amal baik itu. Karena saya harus mencari bekal dari dunia yang fana ini untuk akhiratku yang abadi.” Kedua, jikalau kita tetap besar lengan berkuasa teguh untuk mengerjakan amal baik itu, maka setan membujuk kita untuk taswif (menunda-nunda). Jika kita dijaga oleh Allah Ta’ala, maka kita akan menolaknya dengan ka

Biografi Kh.R. Abdul Qadir Munawwir

Image
“Saya mengaji Fatihah dengan Mbah Arwani satu ahad selesai, tetapi dengan Mbah Qodir satu bulan, masyaallah. Kadang hati setengah jengkel (ngaji nggak tambah-tambah), tetapi anehnya setiap dia keluar dari pintu tengah, siap mengajar bawah umur niscaya yang saya tatap yaitu wajah yang ceria, senyum yang khas.. plengeeh.. seakan hati saya disihir, lenyap rasa galau saya. Saya jadi semangat untuk mengaji.” (KH. Munawir Abdul Fatah, Anggota MUI Provinsi DIY) Mengemban Amanah KH. R. Abdul Qodir Munawwir, atau Romo Kyai Qodir, dilahirkan pada Sabtu Legi 11 Dzulqo’dah 1338 H bertepatan dengan 24 Juli 1919 M. Beliau yaitu salah satu putra al-maghfur lah KH Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad (muassis Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta) dari istri pertama, Ny. R. Ayu Mursyidah, yang berasal dari keluarga Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah KH. M. Munawwir wafat (1942 M), Romo Kyai Qodir meneruskan estafet tanggung jawab ayahandanya untuk mengasuh pesantren bers

Kisah Nabi Khidir Dan Sajian Dari Surga

Image
Mas’ab bin Thabit bin Abdullah bin Zubair yaitu seorang yang rajin beribadah. Dia selalu berpuasa dan mengerjakan sholat tidak kurang dari seribu raka’at sehari semalam. Dia pernah berkata: “Ketika saya berada di dalam masjid sedangkan semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing, tiba-tiba tiba seorang lelaki yang tidak saya kenal. Lelaki itu menyandarkan badannya di dinding masjid sambil berkata: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa saya berpuasa semenjak kemarin. Sampai kini pun saya masih berpuasa. Aku tidak mendapat kuliner dan minuman dan saya menginginkan al-Tharid (nama sebuah makanan). Berikanlah kepadaku ya Allah kuliner dari sisi Engkau”. Tiba-tiba saya melihat seorang pelayan tiba membawa hidangan. Pelayan itu nampaknya tidak menyerupai orang biasa. Orangnya tampan, higienis dan pakaiannya rapi. Dia berjalan ke arah lelaki yang berdoa tadi sambil meletakkan sajian itu di hadapannya. Lelaki itu pun membetulkan duduknya menghadap sajian itu. Sebelum merasakan kul

Kisah Nabi Khidir Mengunjungi Baitul Haram

Image
Berkata Abu Naim dalam kitab Al-Hilyah: Bercerita kepada kami Ubaidullah bin Muhammad, dari Muhammad bin Yahya, dari Ahmad bin Manshur, dari Ahmad bin Jamil, katanya berkata Sufyan bin Uyainah: “Pada waktu saya tawaf di Baitullah, tiba-tiba saya melihat seorang yang sedang memimpin satu rombongan jama’ah mengerjakan tawaf. Saya bersama orang yang bangun di sekelilingku memperhatikan lelaki itu. Ada di antara mereka yang berkata: “Lelaki yang memimpin rombongan yang tawaf itu nampaknya seorang yang nrimo dan berilmu”. Kami perhatikan beliau bahkan kami ikuti ke mana beliau pergi. Lelaki itu pergi ke Maqam Ibrahim lalu mengerjakan sholat di situ. Selesai sholat beliau menengadahkan kedua tangannya dan berdoa. Setelah itu beliau melihat ke arah kami dan berkata: “Tahukah kau apa kata Tuhanmu?”. Kami menjawab: “Tidak”. Dia berkata: “Tuhanmu berfirman: ‘Aku ialah raja’. Kamu mendakwa diri sebagai raja.”  Kemudian beliau memalingkan wajahnya ke arah kiblat, menengadahkan kedua t

Kisah Orang Shalih Bertemu Nabi Ilyas Di Lembah Jordan

Image
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, dari Ibrahim bin Abdullah bin Al-Mughirah, dari Abdullah, berkata: Telah bercerita kepadaku ayahku bahwa pengurus sebuah masjid berkata kepada Walid bin Abdul Malik: “Sesungguhnya Nabi Khidir sholat setiap malam di masjid”. Dari Dawud bin Yahya, seorang lelaki yang selalu berada di Baitul Maqdis bercerita: “Pada waktu saya berjalan di salah satu lembah di Jordan (Yordania), saya melihat di lembah bukit itu ada orang yang sedang mengerjakan sholat. Aku melihat di atasnya ada awan yang menaunginya dari panasnya sinar matahari. Menurut perkiraanku lelaki itu ialah Nabi Ilyas. Saya dekati ia kemudian kuucapkan salam kepadanya. Dia berpaling kepadaku sambil menjawab salamku. Aku bertanya: “Siapakah tuan bahwasanya wahai orang yang dirahmati Allah?”. Dia membisu saja dan tidak menjawab pertanyaanku. Kutanya lagi menyerupai pertanyaan pertama, kemudian ia menjawab: “Aku ialah Nabi Ilyas”. Tiba-tiba saja bulu romaku merinding. Aku gemetar, dan yang palin

Kisah Seorang Wali Allah Bertemu Nabi Ilyas

Image
Berkata Abul Hasan bin Al-Munadi: Bercerita kepada kami Ahmad bin Mulaib, dari Yahya bin Said, dari Abu Ja’far Al-Kufi, dari Abu Umar An-Nasibiy, dia berkata: “Aku pergi mencari Maslamah bin Masqalah di kota Syam. Maslamah bin Masqalah dikenal banyak orang termasuk wali Allah. Setelah berusaha mencarinya, saya menjumpainya di salah satu lembah di Jordan (Yordania). Beliau berkata kepadaku: “Maukah engkau kuceritakan perihal apa yang kulihat tadi di lembah bukit ini?”. Aku menjawab: “Tentu saya ingin mendengarnya”. Beliau berkata: “Ketika saya tiba tadi ke lembah ini, saya melihat seorang syekh yang sedang mengerjakan sholat di bawah pohon itu. Besar kemungkinan lelaki itu yaitu Nabi Ilyas. Aku berjalan mendekatinya kemudian saya mengucap salam kepadanya sekalipun dia sedang mengerjakan sholat. Aku melihat dia ruku’, kemudian I’tidal, dan kemudian sujud. Selesai sholat dia memandang ke arah suaraku, kemudian menjawab salamku sesudah dia melihat saya bangun di situ. Aku tanya dia: “

Kisah Imam Al-Ghazali Menyapu Lantai Dengan Tangannya

Image
Suatu saat Imam Al-Ghazali menjadi imam di sebuah masjid. Tetapi adiknya yang berjulukan Ahmad tidak mau berjama’ah bersamanya, kemudian Imam Al-Ghazali berkata kepada ibunya : “Wahai ibu, perintahkan adikku, Ahmad, semoga shalat mengikutiku, supaya orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap buruk terhadapnya”. Ibu Imam Al-Ghazali kemudian memerintahkan putranya Ahmad semoga shalat makmum kepada kakaknya, Al-Ghazali. Ahmad pun melakukan perintah sang ibu, menjadi makmum Imam Al-Ghazali. Namun ditengah-tengah shalat, Ahmad melihat darah membasahi perut Imam Al-Ghazali. Tentu saja Ahmad memisahkan diri (mufaraqah). Seusai shalat, Imam Al-Ghazali bertanya kepada Ahmad, adiknya itu : “Mengapa engkau memisahkan diri (mufaraqah) dalam shalat yang saya imami tadi?”.  Adiknya menjawab : “Aku memisahkan diri, alasannya yakni saya melihat perutmu berlumuran darah”. Mendengar balasan adiknya itu, Imam Al-Ghazali mengakui, hal itu mungkin alasannya yakni dia saat shalat hatinya sedan

Kisah Ulama Besar Mencium Tangan Penjual Dawet

Image
Mbah Dullah (KH. Abdullah Salam) Sewaktu akan memberi sambutan, tiba-tiba turun dari panggung, padahal di depan panggung sudah duduk para kiai, pejabat sentra maupun kawasan dan ribuan santri maupun tamu undangan. Mbah Dullah turun dan eksklusif pergi menemui penjual dawet di pinggir jalan. Mbah Dullah dengan ta’dzim menyapa penjual dawet itu dan mencium tangannya. Ribuan pasang mata menyaksikan insiden itu, mereka bertanya-tanya siapakah penjual dawet ini, hingga Mbah Dullah seorang kiai sepuh dan kesohor waliyullah dari Kajen-Margoyoso, Pati, Jawa Tengah ini mencium tangannya. Setelah mencium tangan penjual dawet, Mbah Dullah kembali lagi ke panggung dan berpidato dengan singkat : ” Tawasul itu penting untuk mengikat talinya gusti Allah, sembari mengutip ayat  وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا ...  “Dan be

Kisah Cowok Melihat Istana Para Syuhada Yang Wafat Di Laut

Image
Diceritakan, saat Hasan Al-Bashri berceramah di hadapan jamaahnya, tiba-tiba tiba seseorang yang matanya kehijau-hijauan. Melihat yang demikian Hasan Al-Bashri bertanya kepadanya: “Apakah memang begini engkau semenjak dilahirkan oleh ibumu atau ini sebagai sebuah tanda?”. Orang yang gres tiba itu berkata: “Memangnya engkau kenal kepadaku, wahai Abu Said?”. Hasan Al-Bashri bertanya: “Siapa engkau sebenarnya?”. Lelaki itu memperkenalkan dirinya di hadapan semua jama’ah yang ada di kawasan itu. Hasan Al-Bashri berkata lagi: “Tolong ceritakan bagaimana kisahmu”. Lelaki itu bercerita: “Dulu, saya mengangkut semua barang-barangku ke dalam kapal. Aku pun berlayar menuju Cina. Ketika sedang berlayar mengarungi lautan yang dalam, tiba-tiba angin bertiup kencang. Terjadi ombak yang begitu jago dan kapal yang saya naiki pun terbalik. Rupanya ajalku belum tiba, saya dibawa oleh ombak ke tepian pantai. Aku terdampar di satu pulau yang tidak didiami oleh manusia. Empat bulan lamanya saya seoran

Kisah Nabi Khidir Mengajarkan Pelajaran Hidup

Image
Diriwayatkan oleh Hammad bin Umar, dari A-Sara bin Khalid, dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari datuknya Ali bin Husain, katanya pembantu mereka pernah berlayar menaiki perahu. Ketika ia hendak berlabuh tiba-tiba ia melihat di pantai ada seorang lelaki yang duduk sedang mendapatkan hidangan masakan dari langit. Makanan itu diletakkan di hadapannya kemudian ia pun memakannya. Setelah ia kenyang, masakan itu diangkat lagi ke langit. Pembantu yang merasa heran itu memberanikan dirinya untuk mendekati lelaki itu sambil bertanya kepadanya: “Siapakah engkau ini?”. Lelaki itu menjawab: “Aku ialah Khidir yang barangkali engkau sudah pernah mendengar nama itu”. Pembantu itu bertanya lagi: “Dengan amalan apakah didatangkan kepadamu masakan dan minuman ini dari langit?”. Lelaki itu menjawab: “Dengan nama Allah yang Maha Agung”. Diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab Al-Zuhdi, yang diterima dari Hammad bin Usamah, dari Mas’ar, dari Ma’an bin Abdurrahman, dari Aun bin Abdullah, dari Utbah

Kisah Nabi Khidir Menjadi Hakim

Image
Diriwayatkan oleh Saif dalam kitab Al-Futuh, bahwa satu jemaah berada bersama Saad bin Abi Waqqas, maka mereka melihat Abu Mahjan berperang, maka yang meriwayatkan ini pun menceritakan kisah Abu Mahjan secara panjang lebar. Dari kesimpulan ceritacerita mereka menyampaikan bahawa Nabi Khidir masih hidup pada zaman itu. Berkata Abu Abdullah bin Battah: Bercerita kepada kami Syuaib bin Ahmad, yang didengarnya dari ayahnya, dari Ibrahim, bin Abdul Hamid, dari Ghalib bin Abdullah, dari Hasan Al-Bashri berkata: “Seorang lelaki berpahaman Ahlussunnah wal Jama’ah berbeda pendapat dengan seorang lelaki yang tidak berpahamam Ahlussunnah wal Jama’ah. Mereka berdebat mengkaji dilema qadar. Mereka berdebat di tengah-tengah perjalanan. Masing-masing dari mereka mempertahankan pendapatnya dan berbantah-bantahan dengan bunyi keras tetapi karenanya mereka sepakat, siapa yang duluan tiba ke daerah mereka berhujah itu akan diangkat sebagai hakim di antara mereka. Tidak usang kemudian, muncul

Orang Miskin Yang Dijamin Nirwana Oleh Nabi

Image
Suatu hari, Nabi duduk-duduk bersama para sahabat. Lalu lewatlah seorang sahabat yang miskin, tiba-tiba Nabi bersabda, “Ini beliau calon penghuni surga”. Sontak, para sahabat kaget tapi tidak mengungkapkannya di hadapan Nabi. Lain hari, setiap Nabi melihat sahabat itu, Nabi eksklusif bersabda, “Ini beliau calon penghuni surga”. Kejadian itu terjadi berulang-ulang. Hingga akhirnya, ada dua orang sahabat akrab Nabi yang penasaran, “Amalan apa yang dilakukan sahabat yang miskin tadi hingga Nabi bersabda ibarat itu berkali-kali?”. Kemudian, kedua sahabat itu bertamu ke rumah sahabat Nabi yang miskin tadi untuk menilik keistimewaan yang dimiliki sahabatnya itu. Mereka berdua sengaja tidak memberitahu tujuan sebenarnya, semoga sanggup melihat eksklusif amalan apa yang biasa ia lakukan hingga Nabi menjamin nirwana untuknya padahal ia orang biasa. “Wahai sahabat, bolehkah saya menginap di rumahmu satu atau dua malam saja?” pinta mereka berdua “Dengan bahagia hati, wahai sahabat ak

Kumpulan Karomah Syaikh Nawawi Al-Bantani

Image
1.)  Menjadikan Telunjuknya Sebagai Penerang (Lampu) Pada suatu waktu dia pernah mengarang kitab dengan memakai telunjuk dia yang dijadikan sebagai lampu, ketika itu dalam sebuah perjalanan. Karena tidak ada cahaya dalam syuqduf atau rumah-rumahan, sementara aspirasi tengah kencang mengisi kepalanya. Syaikh Nawawi kemudian berdoa memohon kepada Allah Ta’ala semoga telunjuk kirinya sanggup menjadi lampu semoga sanggup menerangi jari kanannya yang dipakai untuk menulis itu. Kitab yang kemudian lahir dengan nama Maraqi al-‘Ubudiyyah syarah Matan Bidayah al-Hidayah itu harus dibayar dia dengan cacat pada jari telunjuk kirinya. Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri dia itu membawa bekas yang tidak hilang. 2.) Melihat Ka’bah Dari Arah Ribuan Kilometer Karomah dia yang lain juga diperlihatkannya di ketika mengunjungi salah satu masjid di Jakarta, yakni Masjid Pekojan. Masjid yang dibangun oleh salah seorang keturunan cucu Rasulullah saw Sayyid Utsman bin ‘Agil bin Y

Kisah Pertemuan Syaikh Nawawi Al-Bantani Dengan Ulama Jawa

Image
Dahulu, sewaktu Syaikh Nawawi Al-Bantani pulang kampung ke tanah Jawa (Banten). Syaikh Nawawi Al-Bantani mengadakan pertemuan dengan para ulama Jawa terutama sahabat-sahabatnya sewaktu menuntut ilmu di Mekkah. Di antaranya; Syaikh Kholil Bangkalan, Syaikh Sholeh Darat Semarang, Syaikh Abdul Karim Kaliwungu, Syaikh Anwar Batang. Pertemuan itu disepakati bertempat di Alas Roban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah tepatnya di kediaman Syaikh Anwar. Di samping letaknya pertengahan antara Bangkalan (Jawa Timur) sebagai daerah tinggal Syaikh Kholil dan Banten (Banten) sebagai daerah tinggal Syaikh Nawawi. Ini juga dimaksudkan supaya tidak diketahui oleh Kolonial Belanda, alasannya yaitu Kolonial Belanda sangat keras jikalau ada pertemuan-pertemuan orang pribumi. Kolonial Belanda khawatir adanya pemberontakan oleh orang-orang pribumi. Namun, walaupun pertemuan para ulama itu sudah dirahasiakan sedemikian rapi tetap saja Kolonial Belanda mencium kabar itu. Akhirnya, tentara Kolonial Belanda de

Ketika Ibadah Nabi Musa Belum Dianggap Allah

Image
Ulama hebat fiqih berkata, “Amal yang paling utama ialah menyayangi wali-wali Allah dan memusuhi musuh-musuh-Nya”. Diriwayatkan dalam sebuah hadits: Sesungguhnya Nabi Musa bermunajat kepada Tuhannya. Lalu Allah berfirman, “Apakah engkau sudah bersedekah untuk-Ku?”. Nabi Musa menjawab, “Tuhanku, saya sholat hanya untuk-Mu, saya puasa dan sedekah karena-Mu, saya bertasbih hanya untuk-Mu, saya memuji hanya untuk-Mu, saya membaca kitab-Mu, dan saya mengingat-Mu”. Allah Ta’ala berfirman, “Wahai Musa, shalatmu menjadi petunjuk, puasamu menjadi perisai, sedekahmu menjadi naungan, tasbihmu menjadi pohon-pohon di surga, bacaan Kitab-Ku menjadi istana dan bidadari surga, dan dzikirmu kepada-Ku menjadi cahaya. Semuanya (manfaatnya) kembali kepadamu, wahai Musa. Maka, adakah amalmu yang hanya diperuntukkan untuk-Ku?”. Nabi Musa berkata, “Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku wacana amal yang (khusus) diperuntukkan untuk-Mu”. Allah Ta’ala berfirman, “Cukuplah engkau menyayangi wali-Ku

Kisah Imam Al-Ghazali Menemui Kh. Sholeh Darat Di Semarang

Image
Semua kitab karya KH. Sholeh Darat berisi anutan tasawuf. Meski membahas fiqih, isinya pun banyak anutan tasawuf. Kitab kecil pecahan shalat dan wudhu, Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalat, juga berisi anutan wacana tasawuf. Juga kitab Majmu’ Syariat  maupun Fasolatan, ada tasawuf di dalamnya. Terlebih dalam kitab yang memang membahas wacana tasawuf, ibarat Munjiyat, Minhajul Atqiya fi Syarhi Ma’rifatil Adzkiya’, Tarjamah Al-Hikam, dan Syarah al-Burdah, penuh anutan wacana pencucian hati dan penghambaan sejati kepada Allah. Karena keahlian Mbah Sholeh Darat sebagai andal tasawuf (selain keahlian di banyak bidang lain), dia dijuluki Imam Al-Ghazali-nya tanah Jawa. Sebab, semua kitab karyanya selalu mengutip anutan tasawufnya Imam Al-Ghazali. Dan memang dia sendiri menyebut bahwa karya-karyanya itu memetik dari kitab tasawuf Al-Ghazali. Kebiasaan  dia usai mulang (mengajar) ngaji yaitu menulis atau mengarang kitab. Mbah Sholeh di dalam kamar, duduk di lantai menghadapi meja.