Posts

Showing posts from December, 2017

Kisah Tirakatnya Ibunda Gus Dur

Image
Nyai Sholichah ialah putri KH. Bisri Syansuri, dia menikah dengan KH. Wahid Hasyim, putra Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari. Nyai Sholichah selalu menentukan dan memilah biji-biji beras dari karungnya, mengambil sedikit yang terbaik, kemudian dipisahkan dari yang kebanyakan. Beliau dengan setia melafalkan shalawat tiap memungut beras, sebiji demi sebiji, membasuhnya dengan lembut, dan kembali menjumput beras sebutir demi sebutir untuk dimasukkan ke dandang. Setiap tahap diiringi shalawat sampai periuk nasi pun siap untuk menanak. Tidak ada yang boleh menyentuh nasi yang mengandung shalawat itu selain ayah mertuanya Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy'ari, suaminya KH. Wahid Hasyim, dan anak sulungnya Abdurrahman Ad-Dakhil (Gus Dur). Hanya untuk ketiga pria istimewa itu, Nyai Sholichah setia melantunkan shalawat tiap menanak nasi. Dan, nasi itu pelan namun niscaya menumbuhkan Abdurrahman sampai cukup usia. Ya, Abdurrahman Ad-Dakhil itulah Gus Dur, yang telah sewindu wafat.

Hati-Hati Mengagumi Dai Atau Kyai Pengagum Duniawi

Image
Interaksi satu sama lain tidak bisa dihindari dalam kehidupan di dunia. Hanya saja dalam konteks perbaikan diri, yang diharapkan yaitu interaksi atau pergaulan dengan mereka yang lebih bisa menahan diri dari segala larangan Allah SWT. Kita yang masih dalam proses “perbaikan”, “pendidikan”, atau “penggemblengan” diri, dilarang salah bergaul. Kita yang masih dalam “proses” ini perlu mencari orang yang sanggup menahan hawa nafsu atau dorongan dalam dirinya meskipun ia sendiri bukan orang yang menghafal ratusan ayat Al-Qur’an, ribuan hadits Rasulullah SAW, atau mereka yang kerap berkhutbah dan ceramah agama. Mereka yang sedang berusaha keras dalam mengendalikan nafsu, berupaya berakhlak baik, mencoba pintar menjaga ucapan, dan sedang berguru menahan tangan semoga tidak melukai orang lain atau menulis termasuk men-share semacam broadcast provokatif, ujaran kebencian, serta meresahkan atau video yang tidak bermanfaat bagi orang lain apalagi hoaks, tidak membutuhkan pergaulan dengan

Kisah Pegulat Menjadi Wali Berkat Cinta Pada Keturunan Nabi

Image
Bagi kalangan umat Muslim yang erat dengan dunia tasawuf, tentu nama Syekh Abul Qasim Junaid al-Baghdadi sudah tak lagi asing di indera pendengaran mereka. Bagaimana tidak, ia begitu populer akan kewaliannya. Sampai-sampai, setiap kali membaca hadrah (pembacaan Surat Al Fatihah sebelum melaksanakan amalan mujahadah) para salik—sebutan bagi orang yang telah menempuh jaan tarekat—selalu mengkhususkan penyebutan nama Abul Qasim Junaid Al-Baghdadi sempurna sesudah penyebutan nama Suthanul Auliya' Syekh Abdul Qodir Al Jilani, sang raja wali. Lantas, bagaimanakah sejarah kewaliannya hingga ia begitu masyhur, populer sebagai kekasih Allah? Ternyata, ia bekerjsama merupakan seorang pegulat tangguh tak terkalahkan pada masanya. Ia juga sangat ditakuti oleh para lawannya. Hingga suatu ketika, sang raja pada masa itu mengadakan sayembara bahwa siapa saja yang sanggup mengalahkan Abul Qasim akan mendapat hadiah yang begitu banyak. Sayembara tersebut karenanya terdengar juga oleh s

Kisah Pendeta Katolik Mengakui Kewalian Gus Dur

Image
Tidak sedikit umat Islam yang menganggap jikalau KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai wali. Manusia yang punya kemampuan spiritualitas di atas rata-rata, supranatural atau dalam bahasa pesantren terkenal dengan istilah khoriqul 'adah.  Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj yang merupakan guru besar ilmu tasawuf pun tak kalah menyakini terhadap kewalian kiai yang terkenal disapa Gus Dur tersebut.  Namun, kehebatan Gus Dur dalam membaca insiden yang belum terjadi, tidak hanya diyakini dan diakui oleh umat Islam. Pasalnya, Antonius Benny Susetyo atau yang dekat disapa Romo Benny juga mengakui kemampuan spiritualitas Gus Dur.  Saat ditemui NU Online usai mengisi Seminar Kebangsaan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (14 /12), laki-laki yang juga menjadi pastur ini menyampaikan bahwa Gus Dur bisa membaca gejala zaman.  Di antara yang Romo Benny ungkap, yakni wacana insiden peristiwa tsunami yang terjadi di Provinsi Aceh. Sebuah insiden yang pernah mengguncang prov

Kisah Kh. Ahmad Ru’Yat Menolak Hadiah Setengah Milyar

Image
Suatu hari, KH. Idham Chalid (Ketua PBNU sekaligus Wakil Perdana Menteri RI) berkunjung atau sowan ke rumah KH. Ahmad Ru’yat atau Mbah Ru’yat di Kaliwungu, Kendal. Pada waktu itu, Mbah Ru’yat sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Salaf APIK Kaliwungu.  Setelah menerima nasihat-nasihat dari ulama sepuh Kaliwungu tersebut, KH. Idham Chalid pamit pulang. Akan tetapi, sebelum beranjak dari rumah Mbah Ru’yat, KH. Idham Chalid memperlihatkan sumbangan/hadiah berupa uang sebesar Rp. 200 ribu (nominal kini sekitar Setengah Milyar). Namun, proteksi itu ditolak secara halus oleh Mbah Ru’yat. KH. Idham Chalid pun sedikit memaksa semoga proteksi itu diterima oleh Mbah Ru’yat. “Yai, ini ada proteksi uang untuk pembangunan pondok” begitu kata KH. Idham Chalid “Pondoknya sudah aku bangun” jawab Mbah Ru’yat “Ya sudah, proteksi ini untuk Yai saja” sahut KH. Idham Chalid “Sudah, aku sudah cukup, aku jualan jamu dan kitab-kitab, bagi aku itu sudah cukup” terang Mbah Ru’yat Akhirnya,

Karomah Imam Syafi’I

Image
Menjelang kewafatan Imam Syafi'i, datanglah empat murid ia yang paling menonjol. Mereka yakni Imam Buwaithi, Imam Muzani, Ibnu Abul Hakam, dan Imam Robi. Saat itu Imam Syafi'i memandang mereka dalam-dalam dan berkata, "Engkau wahai Abu Ya'qub (julukan Imam Buwaithi), dirimu akan meninggal dalam belenggu besi. Adapun engkau wahai Muzani, dirimu akan mengalami sebuah insiden besar di Mesir dimana engkau akan menjadi orang yang terpandai di zaman itu. Lalu, engkau wahai Muhammad (nama orisinil Ibnu Abul Hakam), dirimu akan kembali ke madzhab ayahmu. Sedangkan engkau wahai Robi, dirimu akan menjadi muridku yang paling bermanfaat bagiku dalam mengembangkan kitab."  Imam Syafi'i juga mewasiatkan bahwa sepeninggalnya nanti, yang menjadi khalifah (pengganti) ia yakni Imam Buwaithi. Di masa kekhalifahan Wastiqbillah dari Dinasti Abbasiyyah yang berfaham Mu'tazilah, Imam Buwaithi dipanggil penguasa dan dipaksa mengakui bahwa Al-Qur’an yakni makhluk, namun d

Kisah Ibunda Imam Bukhari Bertemu Nabi Ibrahim

Image
Imam Bukhari yaitu salah satu perawi hadis sahih yang lahir di tanah Bukhara, Uzbekistan. Penyusun kitab fenomenal “Sahih al-Bukhari” ini mempunyai nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim ibn al-Mughirah bin Bardizbah. Imam yang lahir pada tanggal 13 Syawwal 194 H. ini pernah mengalami kebutaan di waktu kecil, namun penyakit itu sirna sehabis sang ibunda bermimpi dengan Nabi Ibrahim. Di dalam mimpi tersebut, Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Allah SWT telah mengembalikan penglihatan anakmu, sebab tangisanmu dan banyaknya doa yang engkau lafalkan”. Dalam usia 10 tahun, ia telah hafal ribuan hadis. Bahkan dalam usia 11 tahun, ia berani mengoreksi seorang ulama yang salah menyebutkan sanad hadis. Pada usia 16 tahun, ia bisa menghafal karya-karya Imam Ibnu al-Mubarak dan Imam Waki’. Ketika menunaikan haji bersama ibu dan saudaranya Ahmad, ia tidak mau pulang dan menentukan menetap di Mekah demi mencari hadis. Menjelang usia 18 tahun, ia sudah mendokumentasikan putusan

Ayat Al-Qur’An Yang Membicarakan Ihwal Nabi Muhammad Saw

Image
1.) MUHAMMAD SAW. ADALAH PENUTUP PARA NABI مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ “Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi ia yaitu utusan Allah dan epilog para nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40) 2.) DIA ADALAH RASUL YANG DIUTUS UNTUK SELURUH MANUSIA قُلْ يَآ أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيْعًا Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya saya ini utusan Allah bagi kalian semua. (QS. Al-A’raf: 158) 3.) DIA ADALAH RASUL YANG DIUTUS UNTUK MEMBERI RAHMAT BAGI SELURUH ALAM وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ “Dan Kami tidak Mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107) 4.) DIA ADALAH RASUL YANG MISINYA DIJAMIN DAN DIJAGA LANGSUNG OLEH ALLAH SWT. إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ “Sesungguhnya Kami-lah yang Menurunkan Al-Qur’an, dan n

Biografi Lengkap Syaikh Nawawi Al-Bantani (Bag. 2)

Image
Aktivitas Dakwah Syaikh Nawawi Al-Bantani Syaikh Nawawi ialah langsung yang sederhana, Ulama Indonesia yang satu ini mewakili Ulama Jawi --- sebutan untuk Ulama asal Indonesia --- yang mempunyai reputasi dalam bidang intelektualisme yang tinggi di balik kesederhanaannya tersebut. Kalangan cendekiawan muslim di dunia Arab pada masa itu, mengakui keulamaan dan kecendekiawanan Syaikh Nawawi Al-Bantani. Sehingga melalui reputasi Syaikh Nawawi tersebut, nama Al-Jawi, menjadi terangkat. Ternyata orang ajam menyerupai Indonesia mempunyai kemampuan intelektual yang tidak kalah bahkan diakui Syaikh Nawawi, mempunyai kemampuan intelektual yang sangat brillian di antara ulama pada masanya. Termamsuk dalam acara dakwah atau pengembangan agama Islam, Syaikh Nawawi telah berkiprah banyak dalam hal mendakwahkan pesan-pesan anutan Islam kepada para kader yang nantinya ikut menjadi penyambung pengecap bagi kegiatan dakwah. Dalam aktifitas kehidupan Syaikh Nawawi, Syaikh Nawawi memakai hari-har

Biografi Lengkap Syaikh Nawawi Al-Bantani (Bag. 1)

Image
Nama dan Karya Syaikh Nawawi Dikenal Dunia Salah satu di antara para ulama penulis Indonesia yang cukup produktif ialah Syaikh Nawawi Al-Bantani (wafat 1894). Dia ialah ulama dari Banten yang tinggal di Arab hingga wafatnya dan memperoleh gelar sebagai Sayyid Ulama al-Hijaz (Penghulu Ulama Hijaz). Syaikh Nawawi menulis kitab tidak kurang dari 41 buah kitab yang menyebar di banyak sekali wilayah dunia Islam, termasuk di Indonesia, karta-karyanya antara lain, Nihayatuz Zain, Safinatun Naja, Nuruzh Zhalam, Kasyifatus Saja, Sulamul Fudhala, dan karyanya yang populer ialah al-Tafsir al-Munir. Syaikh Nawawi merupakan pola ulama Indonesia yang mempunyai intelektual tinggi dan keilmuannya diakui oleh para ulama di Arab dan di dunia Islam pada umumnya. Walaupun dia orang Indonesia, namanya membumbung tinggi melalui kitab-kitab karya tulisnya yang ditulis dalam Bahasa Arab dan kitabnya tersebut terus dikaji hingga kini di banyak sekali belahan dunia Islam, termasuk di Pesantren-Pesantre

Kisah Kh. Sholeh Darat Semarang Menjodohkan Putrinya

Image
Kapan pertama kali Syekh Mahfuzh Termas (Al-Imam al-Allamah al-Faqih al-Uṣūli al-Muḥaddith al-Muqri Muḥammad Maḥfūz bin Abdullah, bin Abdul Mannan at-Tarmasi al-Jawi al-Makki ash-Syafi‘i, 1868-1919) bertemu dengan Kiai Sholeh Darat (Al-Alim al-Allamah Muḥammad Ṣaliḥ bin ‘Umar as-Samarani, w.1903)?  Barangkali jawabannya terjadi pada final 1870-an. Ketika itu, Mahfuzh kecil dibawa oleh ayahnya, Kiai ‘Abdullah, untuk mondok di Pesantren Darat yang diasuh oleh Kiai Sholeh Darat, seorang kiai yang telah populer kealimannya pada masa itu. Kiai Abdullah terang telah mengenal Kiai Sholeh Darat di Mekkah, di mana sampai kelahiran Mahfuzh ia masih berada di sana. Dalam pengantar karyanya Kifayat al-Mustafid Lima Ala Min al-Asanid, Syekh Mahfuzh menceritakan proses mengajinya sebagai berikut: Di antara para syekhkku yang mulia dan mendalam ilmunya … ialah al-Allamah asy-Syekh Muḥammad Ṣaliḥ bin Umar as-Samarani: Aku mengikuti pengajian ia dalam Tafsir al-Jalalain secara keseluruhann